Aku
adalah Shiro. Salah seorang murid dari salah satu SMA di kota Surabaya. Aku
memiliki sesuatu kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Setiap kali
akan terjadi sesuatu di sekitarku, entah kenapa aku merasa seperti ada yang
aneh dihatiku dan tanpa kusadari, aku berlari menuju suatu tempat yang bahkan
aku sendiri tidak tahu akan kemana. Di suatu tempat itu biasanya aku akan
menolong orang yang akan mengalami sebuah kecelakaan, walaupun sebenarnya aku
tidak berkeinginan sama sekali untuk menolongnya. Hasil dari perbuatanku itu
terkadang malah mencelakakan diriku sendiri.
Saat ini aku berada di kelas 10-C.
Setiap hari aku berangkat sekolah dengan berjalan kaki seperti biasanya karena
rumahku yang tidak terlalu jauh dengan sekolah. Di kelas, hampir setiap harinya
kulalui hari yang hampir tidak jauh berbeda dengan hari- hari lainnya. Tapi
entah kenapa aku seperti merasa kalau ada sesuatu yang hilang dari kehidupanku.
Mungkin hal itu adalah ingatanku. Suatu hari saat SMP,
aku mengalami sebuah kejadian yang membuatku kehilangan sebagian ingatanku. Ada
beberapa orang yang menjadi korban dalam kejadian itu, namun aku berhasil
selamat. Hanya itulah yang dikatakan oleh ibuku setiap kali aku menanyakannya,
entah seperti apa kejadiannya aku tidak tahu. Yang jelas dia selalu
mengingatkan padaku bahwa tidak penting seperti apa kejadian itu karena
keselamatanku adalah yang terpenting.
Suatu hari ketika aku berangkat ke
sekolah, ada seorang anak perempuan yang tak ku kenal tiba- tiba menyapaku dan
mengatakan beberapa hal yang bahkan tidak ku mengerti. Dia berkata, “Hai, Shiro
sudah lama sekali ya kita tidak bertemu sejak kejadian itu. Setelah kejadian
itu kudengar kamu pindah sekolah kesini. Oh ya, maaf ya aku sedang buru- buru!
Sampaikan salamku pada Haikal.”, lalu dia pun pergi sambil berlari begitu saja.
Haikal, siapa dia? Sejak kejadian itu, apa maksudnya
kejadian yang membuatku kehilangan sebagian ingatanku? Lagipula siapa dia? Apa
aku mengenalnya? Apa hubungannya dengan kejadian itu? Itulah beberapa
pertanyaan yang muncul dibenakku setelah mendengar perkataannya. Aku hanya diam
tanpa berkata sepatah kata pun saat dia menyapaku waktu itu.
Entah kenapa setelah itu aku semakin merasa penasaran
dengan kejadian apa yang menyebabkanku kehilangan sebagian ingatanku itu.
Orangtuaku yang terkesan seperti menutup- nutupi kejadian itu pun membuatku semakin
penasaran. Aku pun mulai mencari tahu kejadian yang terjadi saat itu.
Aku mencarinya mulai dari surat kabar dan majalah lama, internet,
dan dengan bertanya kepada orang- orang yang mengetahui dan memiliki sebagian
petunjuk tentang kejadian itu. Hal itu kulakukan disela- sela kegiatan
sekolahku dan juga pada saat aku libur. Aku merasa seperti tidak ada kemajuan
dalam usahaku. Hingga suatu hari, aku bertemu dengan seseorang yang bernama
Haikal saat liburan tengah semesterku.
Aku baru tahu ternyata dia dulunya
adalah teman baikku. Dia pun menceritakan semuanya kepadaku.
Dulu aku dan Haikal adalah teman
sekelas. Kami adalah teman akrab yang sering bermain bersama. Setiap jam
istirahat, hampir setiap murid berkumpul atau berbincang- bincang dengan teman
baiknya masing- masing. Namun, ada seorang anak perempuan yang selalu
menyendiri. Dia kebetulan adalah teman sekelas kami yang bernama Emi.
Entah kenapa aku tertarik dengannya
dan aku pun mengajak Haikal untuk mendekatinya dan mengajaknya sekedar bermain
atau berbincang- bincang bersama. Walau sempat menolak, akhirnya aku dan Haikal
bisa berteman dengannya dan kami bertiga pun menjadi teman yang akrab
setelahnya.
Setelah sekian lama menjadi teman
akrab, suatu hari aku melihat bekas luka pada tubuhnya. Aku pun menanyakan
penyebabnya. Dia hanya berkata kalau dia hanya terjatuh. Aku dan Haikal pun
mempercayainya tanpa keraguan sedikit pun.
Setelahnya, dia sering sekali berkata kalau luka yang ada
ditubuhnya adalah luka yang disebabkan oleh kelalaiannya sendiri saat ada orang
yang menanyakannya. Walaupun jarang sekali aku dan Haikal melihat luka di
tubuhnya tapi lama- kelamaan kami semakin curiga kalau dia sedang
menyembunyikan sesuatu. Apalagi kami pernah melihatnya sedang berusaha untuk
menyembunyikan bekas lukanya secara diam- diam.
Akhirnya setelah sekian lama kami mencurigainya, kami pun
memutuskan untuk menyelidikinya. Setelah sekian lama kami menyelidikinya, kami
pun baru mengetahui kalau dia adalah korban perdagangan manusia. Dia dijual kepada
sebuah keluarga yang sudah lama tidak memiliki anak dan menjadi anak angkat di
sana. Bekas- bekas luka yang ada ditubuhnya adalah bekas- bekas siksaan dari
orangtua angkatnya.
Setelah mengetahui hal tersebut, kami pun mencoba
melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Awalnya, pihak kepolisian tidak
menanggapi laporan kami dengan serius dan menganggap kalau kami hanya main-
main. Namun setelah berusaha keras untuk membuktikannya, kami pun berhasil
mengajak pihak kepolisian untuk membantu kami dan akhirnya kami berhasil
menangkap pelaku beserta anak buahnya dan mengembalikan Emi kepada keluarganya.
Setelah itu, Emi pun pindah ke sekolah yang dekat dengan
rumahnya. Sebagai ucapan terima kasih, kami sering diajak ke rumah Emi yang
baru. Suatu hari, kami disusul oleh sebuah mobil yang disetir oleh pamannya Emi.
Ditengah perjalanan, tepat saat kami berada disamping sebuah tebing yang curam,
roda mobil kami tiba- tiba meletus dan membuat mobil kami oleng dan terjatuh ke
jurang.
Untunglah aku berhasil selamat dari kejadian itu.
Walaupun aku sempat masuk rumah sakit, akhirnya aku berhasil sembuh walaupun
harus kehilangan sebagian ingatanku. Setelah itu, orangtuaku memindahkankanku
ke sekolah lain dan sekaligus kami pindah ke kota lain. Orangtuaku tak ingin
peristiwa itu terjadi lagi padaku.
Aku baru mengetahui semua itu. Aku baru tahu alasan
kenapa orangtuaku berusaha menyembunyikan kejadian itu dariku. Aku pun menjadi
sedikit lega setelah mengetahui semua itu.
Suatu hari aku datang ke tempat terjadinya insiden itu
hanya untuk sekedar melihat- lihat. Lagipula waktu sudah berlalu lebih dari
setahun setelah kejadian itu, pasti sudah tidak ada petunjuk yang tersisa lagi
disana. Tanpa sengaja aku bertemu dengan paman Emi yang dulu pernah terlibat
dalam insiden itu, ternyata dia selamat. Aku tidak mengingat sama sekali
tentangnya, namun wajahnya sekilas nampak dalam ingatanku. Setelah Haikal
menceritakan semuanya kepadaku, beberapa hari kemudian aku mulai sering melihat
sekilas dari ingatanku dalam imajinasiku.
Aku diajak untuk naik ke mobilnya. Sambil mengendarai
mobil dan melihat- lihat sekitar, kami berbincang- bincang sedikit. Dia meminta
maaf atas kejadian itu, dia juga menceritakan bahwa ban mobilnya meletus karena
ada orang yang sengaja menembaknya. Namun dia berkata padaku untuk tidak usah
khawatir karena polisi sudah menangkap semua pelakunya.
Entah kenapa firasatku tidak mempercayainya dan sekaligus
mengatakan kalau kasus ini belum berakhir. Saat mengungkap kasus Emi, aku
pernah berkata pada Emi kalau aku akan menangkap setiap pelaku yang terlibat
kasusnya. Itulah yang pernah dikatakan Haikal saat dia menceritakan semuanya
padaku dan itu juga yang menjadi dasarku untuk membuka kembali kasus ini.
Singkat cerita, aku bertemu dengan orang yang pernah
bekerja di kelompok yang sama dengan pelaku yang pernah ditangkap oleh polisi
pada kasus Emi. Aku baru mengetahui bahwa kelompok itu adalah kelompok yang
besar, namun mereka bergerak dalam kelompok kecil. Orang- orang yang ditangkap
pada kasus Emi hanya satu kelompok kecil dari mereka. Aku pun diberitahu dimana
letak markas mereka berada.
Setelah mengetahui markasnya, aku pun mulai
menyelidikinya dan mencari tahu kebenarannya. Aku memanfaatkan kemampuanku agar
tidak diketahui oleh mereka. Setiap kali ada orang yang mendekati tempatku
bersembunyi atau setiap kali ada hal yang akan membahayakanku, aku selalu
berhasil menghindarinya karena instingku yang tajam.
Setelah beberapa hari aku menyusup dan menyelidiki, aku
mulai yakin akan kebenaran dari informasi yang ku dapatkan. Aku juga mengetahui
kalau kecelakaan yang dulu menimpaku disebabkan oleh salah seorang rekan kerja
dari pelaku yang pernah ditangkap pada kasus Emi. Dia melakukannya atas
kemauannya sendiri. Saat itu, dia merasa kesal karena aku telah membuat
temannya di penjara.
Setelah itu, aku pun mulai memberitahukannya kepada
Haikal. Dia berkata padaku, “Tidak usah khawatir, aku kenal dengan seorang
polisi yang dulu pernah menyelesaikan kasus Emi. Saat itu, awalnya memang dia
tidak percaya dengan apa yang kita katakan. Tapi, setelah menyelesaikan kasus Emi,
kita mendapatkan kepercayaannya. Dia pernah berkata pada kita agar jangan ragu
untuk meminta bantuannya”. Setelah itu, kami pun mulai melaporkannya kepada
polisi tersebut. Polisi itu percaya dan berjanji akan membantu kita.
Namun suatu hari, saat kami sedang menyusun strategi, Emi
datang. Dia berniat untuk membantu kami, namun aku menolaknya. Dia beralasan
kalau semuanya bekerja keras demi dirinya jadi dia ingin membantu sebisanya.
Dia terus memaksa dan akhirnya aku memperbolehkannya membantu kami selama tidak
ikut serta dalam penyerbuan ke markas kelompok penjahat yang sedang kami incar.
Aku bertanya
kepadanya bagaimana dia bisa tahu apa yang sedang kulakukan. Lalu dia berkata
kalau dia pernah lewat depan sekolahku dan menanyakanku kepada seorang teman
sekelasku. Dan teman sekelasku menjawab kalau aku sudah tidak masuk sekolah
beberapa hari. Lalu tanpa sengaja dia mengetahui kalau aku dan Haikal
melaporkan sesuatu ke kantor polisi dan setelah kami pergi dia pergi untuk
menanyakannya kepada polisi tersebut.
Kami melanjutkan menyusun strategi. Setelah kami menyusun
strategi, kami mulai mempersiapkan berbagai perlengkapannya. Kami memilih hari
dimana pemimpin dari kelompok penjahat itu berada di markas tersebut. Hari
tersebut adalah hari ini.
Misi kami pun dimulai. Kami segera menuju ke tempat
persembunyian kami masing- masing. Segera setelah isyarat diberikan, kami pun
mulai menyerbu kelompok penjahat tersebut. Kami mulai menjalankannya sesuai
dengan rencana kami.
Sejauh ini semuanya berjalan sesuai rencana. Namun
pemimpin dari mereka berusaha meloloskan diri. Mengetahui hal tersebut aku segera
berlari mencegahnya. Aku pun terlibat perkelahian dengannya. Untungnya aku
sedikit memahami ilmu bela diri, sehingga aku bisa sedikit mengimbanginya.
Namun, aku sempat lengah dan terjatuh. Kepalaku pun
terbentur. Untungnya aku baik- baik saja. Namun karenanya, semua ingatanku pun
bisa kembali. Dengan bantuan Haikal aku pun berhasil menangkapnya. Akhirnya
semua berjalan sesuai rencana dan misi kami pun berhasil.
Kemampuanku pun mulai menghilang, seiring dengan
berakhirnya kasus itu. Tanpa kusadari aku telah melewati ujian akhir semester
dan masa libur tahun ajaran baru. Sekarang aku sudah naik ke kelas 11. Setelah
melewati banyak hal di kelas 10 lalu, aku pun menyadari bahwa sesuatu yang
hilang dariku bukan hanya ingatanku saja tetapi juga teman- teman baikku di SMP
dulu. Aku kehilangan suka duka dan masa- masa yang seharusnya kuhabiskan
bersama dengan mereka.
Sambil menatap ke luar jendela, aku hanya dapat
membayangkan apa yang mungkin sedang mereka lakukan. Bersamaan dengan itu, aku
mendengar adanya murid baru yang sedang memperkenalkan dirinya. Bukan hanya
satu tapi dua orang. Rasanya aku seperti pernah mendengar suara- suara itu. Aku
segera mengarahkan pandanganku ke depan dan betapa terkejutnya aku ketika
mengetahui bahwa mereka berdua tenyata adalah teman- teman lamaku, Haikal dan Emi.
Dan akhirnya kami bisa satu kelas lagi.
Comments
Post a Comment