Namaku
Niko. Saat ini aku berumur 18 tahun. Aku baru lulus dari SMK beberapa minggu
yang lalu. Bisa dibilang aku selalu menjalani kehidupanku dengan mudah. Aku
selalu masuk peringkat 10 besar sejak SD hingga lulus SMK. Tetapi aku paling
sering mendapatkan peringkat 3. Aku selalu mendapatkan nilai yang bagus di
rapotku. Aku selalu mendapatkan nilai yang bagus saat UN. Aku cukup sering
meraih juara saat mengikuti lomba antar kelas, tetapi tidak pernah meraih juara
saat lomba antar sekolah.
Sejak kecil
fisikku memang agak lemah. Tetapi sejak aku SMP, fisikku mulai menjadi kuat.
Aku mulai sering bermain basket, voli dan sepakbola bersama teman- teman di
sekolah. Biasanya aku selalu masuk urutan 5 terdepan saat praktek olahraga
lari, walaupun aku tidak pernah mencapai urutan terdepan.
Saat ini
aku bekerja di bidang TI di sebuah kantor di Surabaya. Benar benar kehidupan
yang mudah dengan masa depan yang cerah.
Suatu hari
saat hari libur, hari Sabtu. Saat aku sedang pergi keluar untuk wifi an aku bertemu dengan seorang
pengemis tua yang sedang kelaparan. Aku berinisiatif membelikannya makanan dan
minuman dan kemudian memberikan kepadanya. Dia kemudian berterima kasih dan
menanyaiku apa ada hal yang sedang aku inginkan. Karena aku merasa tidak ada
hal yang sedang aku inginkan, aku pun mengatakan “untuk saat ini mungkin belum
ada” padanya. Dia pun berkata bahwa apapun yang aku inginkan semoga bisa
terkabul.
Saat wifi an, setelah aku mendownload sebuah anime, aku melihat- lihat sekilas anime tersebut. Saat ini selain disibukkan
oleh kesibukan kantor, aku juga harus menghadapi bos yang sering marah- marah.
Karena itu aku pun berfikir seandainya aku memiliki kehidupan yang sama seperti
tokoh utama anime tersebut mungkin
akan sedikit menarik.
Setelah wifi an aku pun kembali menjalani hari
liburku seperti biasanya. Hari terasa begitu cepat berlalu saat aku menikmati
hari liburku. Tak terasa hari sudah malam dan aku pun mulai tidur.
Saat aku
tidur, aku merasa seperti berpindah ke tempat yang tak kuketahui. Aku berada di
sebuah tempat yang gelap. Tak lama setelahnya ada seseorang yang mengatakan
kalau kehidupan baruku akan segera di mulai. Lalu dia berpesan padaku, apapun
yang terjadi jadilah dirimu sendiri dan ikuti kata hatimu. Saat aku bertanya
padanya siapakah dia. Dia tak menjawab dan tanpa sadar aku sudah terbangun di
tempat lain.
Begitu aku
terbangun, ternyata aku sudah berada di dunia yang berbeda. Singkat cerita, aku
mengetahui kalau ada seseorang yang menggunakan sihir pemanggilan dan tak
sengaja memanggilku ke dunia tersebut. Namun karena statistik kemampuanku yang
tidak jauh berbeda dengan orang kebanyakan, dia pun terlihat begitu kecewa. Tak
lama setelahnya, aku pun sadar kalau aku sudah menjadi seorang budak. Ternyata
dia adalah seorang saudagar yang berbisnis dalam beberapa hal salah satunya
adalah perdagangan budak.
Beberapa
hari setelahnya, ada orang yang membeliku dan menjadikanku budaknya karena
hargaku yang paling murah dibandingkan budak yang lain. Untungnya dia adalah
orang yang baik. Dia benar- benar memperlakukanku seperti manusia. Dia membeli
budak hanya untuk membantunya menggarap kebunnya karena dia tidak mampu
membayar seorang pekerja.
Dibanding
budak- budak kebanyakan, bisa dibilang kalau aku sedikit beruntung memiliki
tuan seperti dia walaupun aku harus bekerja hampir setiap hari termasuk Hari
Minggu sekalipun. Aku sedikit bersyukur dengan keadaanku. Walaupun aku tidak
terbiasa bekerja dengan fisikku sehingga aku sering menggerutu di dalam hatiku.
Suatu hari
saat aku sedang disuruh untuk membeli kebutuhan sehari- hari di suatu pasar,
aku melihat seorang gadis yang terlihat seperti akan dikeroyok oleh beberapa
orang. Tanpa pikir panjang aku pun datang untuk menyelamatkannya. Untungnya aku
sempat belajar pencak silat di sekolahku. Akhirnya aku berhasil menyelamatkannya
dan mengusir orang- orang jahat tersebut.
Setelah
itu, dia pun berterima kasih dan mengikutiku membeli kebutuhan sehari- hari di
pasar. Sambil berjalan- jalan, kami berbincang- bincang dan berkenalan. Dia
bernama Arisa. Ternyata dia sudah membuat salah seorang bangsawan di penjara
karena telah dia telah melaporkan kejahatan bangsawan tersebut ke pihak yang
berwajib. Karena itulah beberapa orang suruhan bangsawan tersebut mencoba untuk
mengeroyoknya. Untungnya aku datang tepat waktu dan berhasil menyelamatkannya.
Dia sempat bertanya ilmu bela diri jenis apa yang ku miliki, karena dia belum
pernah melihat ilmu bela diri semacam itu. Aku mengatakan kalau itu adalah ilmu
bela diri pencak silat. Setelah aku berbincang- bincang dengannya, aku mendapatkan
beberapa informasi tentang dunia ini. Setelah aku membeli kebutuhan sehari-
hari kami pun berpisah.
Suatu hari,
saat aku akan membeli kebutuhan sehari- hari lagi, aku melihat ada seorang
bapak yang terlihat sedang marah pada seorang anak bahkan seperti akan
melakukan tindak kekerasan. Aku pun segera menuju ke sana untuk menyelamatkan
anak tersebut. Ternyata dia seorang warbeast atau setengah manusia dan setengah
hewan. Dia mencuri makanan dari toko bapak itu, itulah yang membuat bapak itu
marah. Aku pun segera menggantinya dan bapak itu pun pergi.
Sebelumnya,
tepat beberapa saat sebelum aku sampai disana, ada seseorang perempuan yang
sampai disana dan mencoba menyelamatkan anak itu terlebih dulu. Ternyata dia
Arisa. Tak lama setelahnya, ibu anak itu pun datang dan membawanya pulang.
Arisa
sempat bertanya kenapa aku menyelamatkan anak tersebut. Aku berkata bahwa
bukankah menyelamatkan seseorang itu hal yang wajar. Setelah dia
menjelaskannya, aku baru tau kalau ras warbeast itu dibenci karena mereka pernah
menyerang ras manusia secara membabi buta sekitar beberapa puluh tahun yang
lalu saat hubungan antara kedua ras sedang tidak akur. Karena itulah beberapa
orang masih teringat kejadian itu, dan membenci ras warbeast hingga sekarang.
Karena
Arisa terlihat sedikit kehausan, aku pun menawarinya minum dan kami sempat
duduk sebentar. Sambil duduk- duduk kami sempat berbincang- bincang sebentar
hingga Arisa bertanya apa ada hal yang sedang aku inginkan saat ini. Rasanya
aku sedikit bernostalgia dengan pertanyaan ini.
Aku berkata
padanya mungkin kalau bisa aku ingin terbebas dari status budak agar aku bisa
bebas melakukan hal yang aku inginkan. Mungkin benar aku mendapat majikan yang
baik, tetapi tetap saja aku merasa ingin bebas. Apalagi saat ini aku sedang berada
di dunia lain, jadi setidaknya aku ingin sedikit menikmatinya itu yang ada
dipikiranku. Tetapi jika begitu, aku merasa sedikit tidak enak dengan majikanku
karena dia sudah sangat baik kepadaku. Jadi setidaknya aku ingin sedikit
membalas kebaikannya.
Dia sempat
terdiam sebentar seperti sedang berpikir. Lalu dia bertanya apakah aku mau
berkunjung ke rumahnya. Kemudian dia memberitahuku alamat rumahnya. Aku berkata
padanya kalau aku akan mencoba datang kalau majikanku mengijinkan. Lalu, aku
teringat kalau ada hal yang masih harus kulakukan, aku pun segera berpamitan
pada Arisa dan pergi.
Ketika aku
sampai di rumah majikanku, aku baru tahu kalau dia mendapatkan sebuah surat
undangan ke istana. Ternyata surat undangan itu bukan hanya mengundang dia saja
tetapi juga mengundangku. Dia menanyakanku apa aku mau ikut. Aku teringat oleh
undangan Arisa, namun aku merasa tidak enak menolak ajakan majikanku. Aku
pikir, aku akan mengikuti undangan ini dulu sebelum berkunjung ke rumah Arisa.
Aku pun menerima ajakan majikanku.
Keesokan
harinya, aku pun mengikuti undangan bersama dengan majikanku. Saat itu, acara
yang sedang dilakukan adalah pemenuhan janji sang raja. Saat putrinya berulang
tahun, sang raja tidak bisa mengikuti acaranya dan belum sempat membelikan
hadiah karena ada urusan kenegaraan. Karena rasa bersalahnya dia berkata pada
putrinya bahwa dia akan mengabulkan 1 permintaan putrinya apapun permintaannya.
“Inilah saat pemenuhan janji itu”, kata majikanku.
Saat sampai
disana, majikanku masuk lewat jalan masuk utama dan aku diarahkan ke suatu
tempat tertentu. Dibandingkan istana, tempat itu mungkin tampak tidak terlalu
mewah dan lebih sederhana. Namun semuanya tertata rapi dan enak dipandang. Tak
lama setelah aku sampai disana muncullah seseorang, ternyata dia adalah Arisa.
“Ternyata
kau datang juga”, katanya.
“Masih ada
yang harus kulakukan. Tolong kau tunggu disini sebentar. Nanti akan ada orang
yang menjemputmu untuk masuk ke dalam. Aku permisi dulu.”, sambungnya. Dia pun
langsung kembali masuk ke dalam, sebelum aku sempat mengatakan sesuatu.
Acara di
dalam istana pun mulai berlangsung. Setelah ada seseorang yang menjemputku, aku
pun mengikutinya dan mulai masuk ke dalam istana. Disana aku bertemu lagi
dengan majikanku. Tak lama setelahnya, sang putri pun masuk.
“Arisa?”,
aku mengeluarkan suara pelan ketika aku mengetahui kalau Arisa adalah seorang
putri raja.
“Kau
mengenal Putri Arisa?”, majikanku kaget.
“Aku sempat
beberapa kali bertemu dengannya saat keluar membeli barang keperluan. Aku tidak
menyangka kalau dia adalah seorang putri raja”, kataku.
“Yah,
benar- benar terdengar seperti Putri Arisa yang biasanya. Terkadang, dia memang
sering melakukan hal yang tak terduga. ”, kata majikanku.
Raja pun
kemudian menanyakan pada Putri Arisa, apa yang akan dia minta. Putri Arisa
mencoba memastikan apakah raja akan benar- benar menepati janjinya apapun
permintaannya. Raja pun berkata iya.
Putri Arisa
kemudian berkata, “Aku ingin mengangkat dia, Niko dari status budaknya!”,
sambil menunjuk ke arahku. Semua kaget setelah mendengar permintaan Putri
Arisa, termasuk aku.
Raja
kemudian berkata, “Kenapa kau ingin mengangkat statusnya? Apa kau punya alasan
khusus?”.
Putri Arisa
menjawab, “Saat beberapa hari yang lalu, aku sempat keluar dari istana. Saat
itu ada beberapa orang yang mencoba mengeroyokku. Mereka adalah anak buah dari
salah satu bangsawan yang pernah aku penjarakan. Saat aku akan dikeroyok, dia
muncul dan menyelamatkanku. Karena itu aku ingin berterimakasih dengan
mengangkat statusnya. Selain itu, setelah kejadian itu, aku mulai akrab
dengannya dan mengetahui kalau dia adalah orang yang baik. Karena itu, aku
ingin mengangkatnya menjadi bangsawan.”.
Aku sempat
teringat perkataan Arisa kalau di dunia ini ada beberapa status seperti budak,
orang biasa, kesatria, lalu bangsawan. Tidak ada diskriminasi pada status
manapun selain budak. Namun status seperti kesatria atau bangsawan memiliki
tambahan hak dan kewajiban tertentu yang tidak dimiliki status lain.
Raja
memahami alasan putrinya namun dia tidak bisa memberikanku status bangsawan
karena beberapa alasan tertentu. Aku berpikir untuk berterima kasih. Karena
itulah dari pada menjadi orang biasa, aku mengusulkan pada raja untuk menjadi
kesatria pribadi Putri Arisa. Saat ini Putri Arisa masih belum memiliki
kesatria pribadi, tidak seperti anggota kerajaan yang lain yang setidaknya
memiliki 1 kesatria pribadi karena itu keselamatannya sering terancam.
Putri Arisa
menyetujuinya, namun ada seorang yang sedikit keberatan dan mengajukan usul
pada raja. Dia adalah Leonard Rashford, kepala kesatria sekaligus kesatria
terkuat di kerajaan ini. Dia mengusulkan untuk mengetes kemampuanku terlebih
dahulu karena dia tak ingin sembarang orang bisa mendapatkan gelar kesatria
dengan begitu mudahnya. Dia mengajukan dirinya sendiri untuk mengetesku dan
raja menyetujuinya.
Sebelum aku
melawan kepala kesatria kerajaan, Putri Arisa sudah menebusku terlebih dahulu
dengan memberikan koin emas yang banyak kepada majikanku. Koin emas, koin
perak, dan koin perunggu adalah alat tukar yang digunakan di kerajaan ini.
Sebelum
pertandingan Leonard memberikanku sebilah pedang, dia mengajakku untuk beradu
pedang. Aku sempat menolaknya dan mengajaknya beradu bela diri saja. Namun dia
mengindahkannya dan mengajakku adu pedang hingga ada yang mengaku kalah. Aku
pun terpaksa menggunakan pedang walaupun aku belum pernah menggunakan senjata.
Pertandingan
pun dimulai. Leonard sengaja memberiku sedikit kemudahan dengan hanya
menggunakan satu tangannya. Walaupun begitu, dia tetap terlalu kuat bagiku. Aku
berusaha menahan setiap serangannya dengan pedangku yang kupegang erat dengan
kedua tanganku. Pedangku pun mulai goyah seakan akan seperti akan lepas dari
genggamanku.
Aku tidak
boleh kalah disini, aku harus menjadi kesatria dan membalas kebaikan Putri
Arisa. Aku mulai berpikir untuk menggunakan ilmu bela diri yang ku miliki.
Segera setelah pedangku terlepas dari tanganku, aku menendang tangannya hingga
pedangnya pun terlempar. Dia tampak kaget dengan seranganku.
Aku pun
segera berusaha untuk menyerangnya dengan tanganku beberapa kali. Namun dia
berhasil menangkis semua seranganku. Segera setelah dia terkejut setelah aku
menendang tangannya, ternyata dia sudah kembali dalam keadaan siap.
Dia
kemudian berkata, “Ternyata ilmu bela dirimu lumayan juga. Benar benar seperti
yang dikatakan Putri Arisa. Baiklah kalau begitu, aku akan melawanmu dengan
ilmu bela diri yang kumiliki”.
Leonard
Rashford tidak hanya memiliki kemampuan berpedang yang hebat. Namun dia juga
ternyata memiliki ilmu bela diri yang sangat kuat. Dia benar benar pantas
disebut sebagai kesatria terkuat di kerajaan ini. Dia juga pantas menjadi
kepala kesatria di kerajaan ini.
Pertarungan
kami pun semakin sengit. Kami menggunakan ilmu bela diri yang kami kuasai
masing- masing. Leonard dengan ilmu bela diri yang biasa digunakan dan
diajarkan di kerajaan ini dan aku dengan pencak silatku.
Kami saling
beradu pukulan dan tendangan. Aku berusaha menyerang kepalanya dengan tanganku.
Namun dia berhasil menangkisnya. Aku kemudian berusaha menyerang kakinya dengan
kakiku. Aku berusaha untuk menjatuhkannya atau setidaknya membuatnya kehilangan
keseimbangan. Namun dia berhasil menghindarinya dan langsung menyerangku. Aku
menangkisnya dan kemudian bergantian menyerangnya. Terus menerus seperti itu.
Dalam hal
menggunakan senjata aku kalah darinya, namun dalam hal bela diri kami hampir
seimbang. Aku tidak tahu apa aku bisa mengalahkannya. Aku bahkan merasa kalau
dia sedikit lebih kuat dariku.
Aku
berusaha untuk mendapatkan momentum untuk membalikkan keadaan. Aku akhirnya
berhasil mendapatkan momentum itu dan langsung menyerangnya bertubi- tubi. Lalu
setelahnya aku berusaha mengunci pergerakannya.
Akhirnya
aku berhasil mengunci pergerakannya dan dia pun mengaku kalah, walaupun aku
masih merasa kalau dia masih sedikit menahan diri saat melawanku. Akhirnya aku
berhasil mendapatkan gelar kesatria dan berhasil menjadi kesatria pribadi Putri
Arisa.
Setelah
menjadi kesatria pribadi Putri Arisa, aku pun mulai sering berlatih dengan
kesatria kerajaan yang lainnya termasuk dengan kepala kesatria kerajaan,
Leonard Rashford. Aku diajarinya untuk menggunakan senjata dan dia juga
mengasah ilmu bela diriku dengan sering mengajakku latih tanding. Aku mulai
akrab dengannya dan kesatria kerajaan yang lainnya. Leonard bahkan menyuruhku
untuk memanggilnya dengan sebutan Leo. Nama yang sering dia gunakan sebagai
nama panggilannya.
Sebagai
kesatria pribadi Putri Arisa, tentu saja aku sering berada disamping Putri
Arisa. Terutama saat dia melakukan pertemuan resmi kerajaan atau bahkan saat
dia keluar diam- diam dari kerajaan. Aku hampir selalu berada di sampingnya.
Karena
itulah, aku juga yang paling tau kalau dia bekerja sangat keras demi rakyat di
kerajaannya. Walaupun banyak rakyat yang sering menyalahkan anggota keluarga
kerajaan termasuk Putri Arisa atas semua yang terjadi di kerajaan. Dia tetap
berusaha dengan keras demi kesejahteraan rakyatnya. Semua itu karena rasa
tanggungjawabnya sebagai anak dari Raja, walaupun dia tidak mewarisi tahta
kerajaan. Karena yang mewarisi tahta kerajaan adalah kakak laki-lakinya.
Suatu hari,
terdapat sebuah bencana di salah satu daerah di wilayah kerajaan. Kami
mengetahuinya dari salah seseorang pembawa pesan. Putri Arisa pun segera
bersiap untuk mengunjungi daerah itu. Aku mencoba untuk mencegahnya karena dia
mencoba pergi tanpa pengawalan apalagi aku juga memiliki firasat yang buruk.
Sang
pembawa pesan hanya mengatakan terdapat kerusakan yang cukup parah didaerah
tersebut yang kemungkinan disebabkan oleh bencana. Karena jaraknya yang jauh dengan
ibukota kerajaan dan akses yang sedikit sulit, kami hanya bisa menduga- duganya
saja. Pada akhirnya aku tidak bisa mencegah Putri Arisa untuk pergi. Namun aku
sebagai kesatria pribadinya diijinkan untuk ikut bersamanya.
Saat sampai
disana, Putri Arisa langsung membantu mengobati korban- korban yang mengalami
luka. Namun tak berapa lama setelahnya, ada seseorang yang muncul dengan
membawa beberapa orang pasukan. Ternyata dia adalah William Lingard. Salah
satu bangsawan di negerinya yang pernah
dia penjarakan karena berbagai kejahatan yang pernah dilakukan secara sembunyi-
sembunyi. Sebelumnya dia juga pernah beberapa kali melamar Putri Arisa, namun
selalu ditolak karena Putri Arisa tidak menyukai kepribadiannya.
Ternyata
semua ini adalah rencananya. Dia sengaja melakukannya agar bisa menculik Putri
Arisa dan melancarkan tujuannya untuk menciptakan sebuah kerajaan yang dia
pimpin sendiri. Dia meminta Putri Arisa untuk ikut dengannya, namun Putri Arisa
menolaknya.
Demi
menghindari pertarungan dengan pasukannya, aku mencoba memprovokasinya untuk
berhadapan satu lawan satu. Untungnya dia terpancing dengan provokasiku dan
menyetujuinya. Jika aku menang dia berjanji untuk melepaskan kami setidaknya
untuk sehari ini. Namun dia akan membawa Putri Arisa, jika aku kalah.
Setidaknya ini yang bisa aku lakukan karena menurutku kemungkinan untuk kabur
juga cukup sulit. Kami sepakat untuk bertarung sekuat tenaga bahkan jika harus
menggunakan senjata sekalipun.
Karena dia
tidak mencoba menggunakan senjata, aku mencoba melawannya dengan tangan kosong
terlebih dahulu. Namun dia selalu berhasil menghindari atau menepisnya.
Ternyata dia cukup hebat dalam bela diri setidaknya itu yang aku pikirkan
sehingga aku mulai menggunakan pedangku agar setidaknya bisa sedikit memojokkannya.
Namun dia bisa menahan seranganku dengan tangan kosong bahkan mematahkan
pedangku.
Aku mulai
merasa terpojok dan segera menjauh sambil meleparkan pisau- pisau yang kubawa.
Aku menyerangnya ke beberapa titik seperti tangan, kaki, dada, atau pun kepalanya
namun dia bisa menepis semuanya dengan plat besi yang menempel di tangannya.
Aku mencoba melakukan berbagai jenis serangan yang pernah diajarkan kepadaku.
Aku pun menyerangnya dari berbagai arah. Dia dengan mudahnya menangkis dan
menghindarinya.
Aku terus menyerangnya dan akhirnya aku
mencoba melakukan serangan kejut dan berhasil sedikit melukainya. Setelah itu
dia berkata, "mungkin aku akan mencoba sedikit serius". Setelah itu
dia langsung melompat dengan cepat kearahku dan memukulku hingga terpental
kebelakang. Aku baru berhenti setelah menabrak sebuah pohon dibelakangku.
Aku mencoba
untuk bangkit dan menyerangnya. Namun dengan cepat, dia berada di depanku lagi
dan memberikan pukulan beruntun kearahku. Aku dipukul dengan keras hingga
terhempas ke langit dan dengan cepat dia melompat dan memukulku dengan keras
dari atas hingga tubuhku terbanting ke tanah. Aku baru menyadari betapa kuatnya
dia atau mungkin ini adalah bukti betapa lemahnya diriku.
Aku merasa
dia seperti memiliki sebuah kekuatan luar biasa yang berasal dari sebuah
pecahan batu yang dikalungkan dilehernya. Putri Arisa mencoba menghentikannya
dan berkata kalau dia akan ikut dengannya, mungkin dia merasa kasihan melihat
kondisiku yang babak belur. William pun menghentikan serangannya dan berkata,
"kupikir kau sedikit bisa menghiburku karena berhasil sedikit melukaiku
tapi ternyata kau tetap hanya seseorang yang lemah". Sebelum pergi dia
melanjutkan,"Aku masih merasa kalau kau memiliki potensi tersembunyi yang
membuatku tertarik. Karena itu aku akan memberitahumu satu hal. Ku tunggu kau
di istana yang berada dikaki bukit disana.".
Sambil
setengah tersadar aku mencoba meraih kakinya saat aku sedang terbaring di
tanah. Sepertinya aku membuatnya sedikit kesal. Dia mengangkatku dengan satu tangannya
dan kemudian mengeluarkan aura yang mengerikan yang seolah- olah menggambarkan
betapa besarnya kekuatannya. Dia kemudian berkata, "Apa ini, bukankah aku
sudah membiarkanmu untuk tetap hidup? Baiklah, jika kau memang sudah tak ingin
hidup lagi, maka aku akan mengabulkan keinginanmu itu"
Setelah
itu, dia melemparku sekuat tenaga ke arah jurang dan setelah aku terjatuh ke
jurang, dia meninggalkanku begitu saja. Aku sempat mendengar teriakan Putri
Arisa, tapi tak lama setelahnya sepertinya dia dibawa pergi dengan paksa oleh
pasukan William. Aku sempat berpikir mungkin hidupku akan berakhir disini.
Saat aku
terbangun, aku begitu kaget ternyata aku masih hidup dan juga aku terbangun
disuatu tempat yang tidak kuketahui. Sepertinya aku berada di rumah seseorang.
Tiba- tiba seseorang datang dan berkata, "Oh, kau sudah bangun". Dia
ternyata adalah orang yang sudah menyelamatkanku. Namanya Sion.
Kami saling
mengobrol. Dia menjelaskan bagaimana dia bisa menemukanku yang sedang
tergeletak di tepi sungai, dibawah jurang yang tak terlalu dalam. Aku pun
menceritakan bagaimana aku bisa berada disana.
"Oh,
begitu ya ceritanya. Jadi bagaimana apakah kau akan pergi kesana atau
tidak"
"Aku
tidak tahu, apakah aku harus pergi kesana atau tidak? Setiap kali mengingat
betapa tak berdayanya aku saat itu, membuatku gemetaran. Namun jika aku tidak
kesana bagaimana dengan Putri Arisa? Menurutmu apa yang harus aku
lakukan?"
"Kalau
itu aku juga tidak tahu jawabannya. Hanya kaulah yang tahu jawabannya yang
sebenarnya. Apakah dia adalah orang yang pantas untuk kau selamatkan meski jika
harus mengorbankan nyawamu sendiri atau tidak? Yang jelas pikirkan dulu
baik-baik dan ikuti kata hatimu. Baiklah, masih ada hal yang harus aku lakukan.
Aku permisi sebentar"
"Iya,
maaf telah merepotkanmu"
"Tidak-
tidak, menolong orang yang sedang dalam kesusahan adalah hal yang wajar. Tidak
usah terlalu dipikirkan"
"Baiklah"
Setelah
Sion pergi, aku mencoba bertanya pada diriku sendiri. Apa yang harus aku
lakukan? Setiap kali aku mengingat kekuatan William, aku selalu dibuat gemetar
ketakutan. Tapi aku teringat dengan Putri Arisa. Dia bahkan tanpa takut
menyerahkan dirinya sendiri demi menyelamatkanku yang terbaring secara
menyedihkan di hadapannya. Mengingat hal itu, aku pun menjadi tersadar betapa
menyedihkannya diriku.
Aku pun
mengingat- ingat bagaimana saat kita pertama bertemu dulu dan saat yang kita
habiskan bersama. Aku pun tersadar, terlepas dari posisinya sebagai putri, dia
adalah orang yang sangat berharga bagiku. Perasaan itu mengalir lebih kuat
daripada rasa takutku pada William. Aku pun memutuskan untuk menyelamatkannya.
Namun sebelum itu, aku ingin memberitahukan jawabanku pada Sion.
Setelah
memberitahukannya, Sion bertanya apakah aku benar- benar yakin akan
keputusanku. Aku pun memberitahukannya kesungguhanku. Aku memang sedikit merasa
takut akan kekuatannya, namun jauh dilubuk hatiku, aku tetap ingin
menyelamatkan Putri Arisa. Bagiku dia seperti salah satu sosok berharga dalam
kehidupanku, karena itu aku tidak mau kehilangannya.
Setelah itu
dia memberikan informasi bahwa salah seorang dari desa tersebut telah berangkat
untuk melaporkan kondisi saat ini pada raja. Mungkin sekitar dua hari lagi
pasukan kerajaan akan sampai. Dia berkata mungkin akan lebih baik menyerang
istana William bersama sama dengan pasukan kerajaan daripada sendirian. Aku pun
menyetujui sarannya.
Setelah
itu, dia mengajakku untuk berlatih. Dia ingin melihat kekuatan yang kumiliki.
Aku pun menyetujuinya. Kami pun mulai bertarung satu sama lain.
Dia berkata
padaku untuk mengeluarkan seluruh kemampuan terbaikku tanpa ragu. Awalnya aku
sedikit kurang yakin, namun akhirnya aku mencoba mengikuti kata- katanya. Aku
maju dengan seluruh kemampuanku, namun rupanya dia bisa menangkisnya dengan
mudah. Tidak kusangka, ternyata dia sangat ahli dalam bertarung. Namun gaya
bertarungnya ini, aku merasa kalau gaya bertarungnya mirip sekali dengan gaya
bertarung William.
Selain itu,
aku juga merasa kalau dia hanya mengulang- ngulang gerakan yang sama. Apakah
dia meremehkanku? Apakah dia ingin memberiku kesempatan? Entahlah, aku tidak
tahu apa yang ada dipikirannya saat itu. Akhirnya aku pun berusaha membaca
pergerakannya dan menyerangnya pada saat yang tepat.
Namun saat
aku menyerangnya, ternyata dia berhasil menangkisnya dan bahkan memberikan
serangan balik padaku. Aku pun terjatuh setelah terkena serangan baliknya. Dia
pun mendekat dan berkata, "Apakah cuma ini kemampuanmu. Jika hanya seperti
ini saja kau tidak akan mampu mengalahkannya". Aku pun bangkit dan
berkata, "Tidak, aku belum selesai".
Aku pun
mulai menyerangnya lagi. Aku mencoba membaca pergerakannya dan menyerangnya.
Tapi kali ini sepertinya dia mulai serius. Aku seperti tidak ada apa- apanya
baginya.
Aku
berkali- kali terkena serangannya dan beberapa kali hampir terjatuh. Meski
begitu, begitu aku mengingat Putri Arisa aku langsung bangkit dan berusaha
mencari celah untuk setidaknya memberikan sebuah serangan yang setidaknya bisa
sedikit melukainya. Perlahan aku mulai merasa kalau badanku mulai kelelahan
namun aku tetap berusaha bangkit dan melawannya.
Seperti
seseorang yang terlihat hampir berputus asa, aku bangkit dan berteriak,
"Aku tidak boleh kalah ditempat ini". Dan mulai menyerangnya, tiba-
tiba sesuatu yang dia kalungkan dilehernya itu mulai nampak sedikit bersinar
dan tiba- tiba aku merasa seperti seranganku semakin kuat. Setidaknya aku
berhasil mendaratkan salah satu pukulanku ke arahnya. Dia pun sedikit keheranan
dan berbicara dengan sedikit berbisik, "Yang benar saja, apakah dia salah
satu yang terpilih". Dia meminta untuk menghentikan pertarungan. Latihan
kali ini pun selesai.
Aku sempat
bertanya kepada Sion, “Kenapa kau bisa meniru gerakan dari William. Siapakah
kau sebenarnya?”.
Dia pun
berkata “Aku hanya salah satu penduduk disini yang mencoba untuk melawannya.
Yah, walaupun pada akhirnya aku dikalahkan olehnya.”
Keesokan
harinya, aku pun mengajak Sion untuk berlatih lagi mengingat siang hari ini
kemungkinan pasukan dari kerajaan akan tiba di desa ini. Aku berusaha
mengeluarkan seluruh kemampuanku. Aku masih kesulitan dalam menghadapinya. Tapi
sambil bertarung, dia memberiku beberapa masukan. Aku pun merasa kalau
kemampuanku semakin membaik.
Tapi
kemudian, dia mulai serius dan aku mulai kewalahan lagi. Walaupun kemampuanku
sedikit membaik, tapi seperti sebelumnya, aku tetap saja terkena beberapa
serangannya dan beberapa kali terjatuh. Tapi aku berusaha untuk terus bangkit.
Dan seperti
kemarin kalung yang dipakai oleh Sion, tiba- tiba bersinar terang, mungkin
lebih terang dari kemarin dan lagi- lagi seperti memberikanku sebuah kekuatan.
Aku pun langsung bangkit dan menyerang Sion. Aku berhasil memukulnya sekuat
tenaga dan membuatnya terpelanting beberapa meter ke belakang. Aku merasa kalau
dalam sesaat, pukulanku seperti sedikit mengeras sekeras batu.
Sambil
berdiri, Sion pun berkata, “Sepertinya kamu sudah siap menghadapinya.”.
Dia pun
memberiku kalung yang dipakai olehnya. “Ini mungkin tidak seberapa, tapi tolong
terimalah sedikit hadiah dariku ini. Selalu bawa benda ini kemana- mana
walaupun hanya kamu masukkan ke dalam sakumu sekalipun. Benda ini mungkin akan
membantumu saat kamu menghadapi kesulitan”, kata Sion sambil memberikanku
kalung yang dipakainya tadi.
Aku pun
berkata, “Ya, terima kasih. Aku akan menjaganya dengan baik”.
Akhirnya,
pasukan dari kerajaan pun tiba. Aku pun mencari pemimpin ksatria kerajaan,
Leonard Rashford. Aku ingin meminta maaf dan meminta untuk bergabung dengan
pasukannya.
“Ketua Leo,
aku ingin meminta maaf karena kelalaianku. Aku akan menerima apapun hukuman
yang akan kuterima nanti. Tapi setidaknya, tolong izinkan aku untuk bergabung
dengan pasukanmu untuk menebus kesalahanku.”, kataku.
“Ya, aku
tidak bisa sepenuhnya menyalahkanmu. Lagipula, aku pun juga sudah mengerti
watak dari Putri Arisa. Baiklah, akan aku izinkan kamu ikut dalam pasukanku”,
kata Leo.
Setelahnya,
kami pun mendiskusikan strategi dan rencana kami. Dan setelahnya, penyerbuan ke
Benteng yang diambil alih oleh William pun dimulai.
Saat
memasuki benteng, beberapa kali ada kondisi tak terduga yang tidak sesuai
perkiraan kami. Kami pun terpaksa memecah pasukan beberapa kali dan sisanya
berusaha untuk melanjutkan perjalanannya. Hingga akhirnya, saat kami hampir
sampai ke tempat William, terdapat beberapa pasukan yang menjaganya. Leo dan
beberapa pasukan yang tersisa berusaha menahan pasukan tersebut dan dia
memerintahkanku untuk pergi melawan William.
“Kami akan
membukakan jalan untukmu dan menahan mereka. Sementara itu pergilah dan hadapi
orang itu.”, kata Leo.
“Baiklah”,
kataku.
Saat aku
berhasil meloloskan diri dari sana, Leo berkata, “Majulah, Niko” sambil sedikit
berbisik.
“Ho, tak
kusangka kau masih hidup. Kau bahkan datang ke sini untuk menghadapiku.
Baiklah, aku akan menghadapimu”, kata William.
Aku pun
bertarung dengan cukup sengit melawan William. Waktu itu kemampuanku masih
belum ada apa- apanya. Tapi sedikit latihanku dengan Sion ternyata cukup
membuahkan hasil. Kami bertarung cukup sengit hingga William pun mencoba
memindahkan tempat pertarungan kami ke luar istana. Dia mulai mengeluarkan
kekuatan penuhnya dan saat aku sedikit lengah dia pun mencoba memberikan
serangan telak padaku.
Namun tiba-
tiba, ada seseorang yang telah berdiri di depanku dan menyelamatkanku dari
serangan itu. Ternyata dia adalah Sion.
"Sion,
apa yang kamu lakukan", kataku.
"Aku
hanya berpikir mungkin kamu sedikit kewalahan melawannya, ternyata dugaanku
benar. Untung saja aku tiba tepat waktu.", kata Sion.
"Jangan
abaikan aku", kata William yang segera menyerang Sion.
"Oh,
kau orang yang waktu itu ya. Ha ha ha.. Apa kau sudah lupa kekalahanmu saat
itu. Kali ini aku tidak akan membiarkanmu kabur. Aku pasti akan mengakhirimu
saat ini.", kata William.
"Benarkah, kalau begitu coba saja. ", kata Sion.
Aku mencoba
untuk berdiri dan membantu Sion. Tapi entah kenapa, badanku seperti sedikit
gemetar melihat pertarungan mereka berdua. Mereka mengerahkan semua kekuatan
yang mereka miliki. Aku pun mulai berpikir, "Aku tidak sekuat Sion, tapi
apakah aku bisa mengalahkan William".
Namun lama-
kelamaan, kecepatan dan akurasi Sion mulai menurun. Dia terlihat seperti mulai
kelelahan. Tak lama kemudian, dia berteriak dengan keras, "Aku pasti akan
mengalahkanmu". Namun tak lama setelahnya, dia terkena serangan telak
tepat di perutnya. Aku mencoba untuk bangkit dan menangkap tubuh Sion yang
mulai terjatuh ke tanah dengan bersimpah darah.
"Sion,
bertahanlah. Maafkan aku tubuhku mulai gemetar dan tidak bisa membantumu."
"Saat
kamu mulai ketakutan, saat kamu mulai kehilangan arah, ingatlah apa alasanmu
untuk bertarung. Jangan lupakan alasanmu untuk bertarung. Dengan begitu aku
yakin kamu pasti menang. Aku percaya padamu.", katanya sebelum akhirnya
dia mengepalkan tangannya dan memukulkannya ke dadaku dengan perlahan.
"Saat
kamu mengalahkannya, katakan padanya kalau aku telah mengalahkannya dan telah
memenuhi perkataanku. Lagipula walaupun hanya sesaat, kamu pernah menjadi
muridku.", katanya sebelum akhirnya dia pergi untuk selama- lamanya. Aku
sempat sedikit tersenyum mendengar egonya itu yang seolah mengatakan,
"Walau aku mati sekalipun, aku pasti akan membawakan kekalahan untuk
William".
Aku mulai
bangkit dan mencoba mengingat semua latihanku. Kecepatan William mungkin lebih
cepat dari pada kecepatan Sion saat aku latihan melawannya. Tapi aku tidak
peduli dan mencoba untuk menyerang William. Aku berkali- kali terkena
serangannya. Rasanya badanku seperti hancur semua. Namun aku juga merasakan
kalau kecepatanku mulai meningkat. Namun itu masih belum cukup, aku terkena
serangannya lagi dan terjatuh.
"Sudah
cukup, apa kamu ingin bernasib sama dengannya. Selama aku masih memiliki
kekuatan ini kau tidak akan bisa mengalahkanku.", kata William.
"Masih
belum", aku mencoba untuk terus bangkit dan melawannya walaupun aku terus
terjatuh.
Aku terus
bangkit. Lagi dan lagi. Lalu aku terjatuh lagi.
"Sudah
cukup, aku akan mengakhiri riwayatmu disini", William pun mencoba
menyerangku.
Lalu tiba-
tiba, aku merasa seperti mendapatkan sebuah kekuatan yang luar biasa. Kalung
yang aku kantongi dan juga batu yang William miliki bersinar dengan sangat
terang seolah seperti memberikan seluruh kekuatannya padaku. Aku pun berhasil
menghentikan serangan William dengan tangan kananku.
"Ada
apa ini, kenapa kau memberikan kekuatanmu padanya", kata William pada batu
yang dikalungnya.
Aku
mengeluarkan kalung yang diberikan oleh Sion dari dalam sakuku. Kalung itu
bersinar dengan sangat terang.
"Jangan-
jangan itu adalah pecahan batu yang dihancurkan orang itu waktu itu", kata
William.
"Aku
merasakan kekuatan yang besar mengalir dalam tubuhku. Dengan begini aku pasti
bisa melakukannya", kataku dengan penuh percaya diri.
Setelah itu
jalannya pertarungan telah sepenuhnya dikuasai olehku. Aku mengepalkan tanganku
dan aku merasakan tanah mulai terangkat dan berkumpul di sekitar tanganku dan
dengan itu kekuatan pukulanku pun bertambah. Aku terus menghajarnya habis-
habisan. Dia mencoba untuk terus berlari dan menghindar tapi aku selalu berhasil
mengejarnya dan menghajarnya.
Setelah
itu, entah apa yang dia pikirkan, dia menggunakan kekuatannya untuk
menghancurkan salah satu sudut istana tersebut.
“Tunggu,
lihatlah itu?”, katanya.
Apa?
Ternyata itu adalah ruangan dimana Putri Arisa ditahan. Rupanya dia memborgol
tangan dan kaki Putri Arisa di ruangan itu.
“Putri
Arisa!!!”, teriakku.
“Nico, apa
itu kamu?”, balasnya.
“Jika kamu
berani macam- macam denganku, aku akan mengaktifkan sihir yang sudah kupasang
di tempat itu dan meledakkannya. Berhentilah menghajarku dan angkat tanganmu.”,
katanya.
Aku pun
menuruti perkataannya. Namun aku sedikit lengah, begitu dia melihat kesempatan
dia pun langsung menghajarku tanpa ampun.
“Aku tidak
peduli siapa kau sebenarnya dan bagaimana kau bisa mengeluarkan potensi penuh
dari batu ini. Tapi kali ini, kau benar- benar akan berakhir di tempat ini!”,
kata William.
Dengan
kekuatanku harusnya aku bisa mengalahkannya. Tapi sepertinya tubuhku sudah
mencapai batasnya. Aku pun mulai sedikit kehilangan kesadaran.
“Nico, jika
begini terus dia bisa mati. Tidak, aku tidak menginginkannya. Aku harus
menyelamatkannya.”, kata Putri Arisa dalam hatinya. Dia bersikeras untuk
melepaskan borgol ditangannya, agar bisa segera menyelamatkan Nico. Lalu
setelah itu....
“Nico,
Nico”, sekilas aku mendengar teriakan dari Putri Arisa. Ternyata saat aku
sedikit kehilangan kesadaran saat tubuhku mulai mencapai batasnya, Putri Arisa
juga bisa mengaktifkan batu milik Sion dan pecahan batu di kalungku. Dia pun
menciptakan tombak- tombak besi yang terbang diudara dan menyerang William.
Akhirnya
aku berhasil melepaskan diri dari serangannya yang bertubi- tubi. Lalu karena
tubuhku sudah mencapai batasnya, aku pun berusaha mengalahkannya dengan satu
serangan terakhirku ini. Walaupun masih belum terlalu mahir, aku berusaha
mengendalikan tanah di sekitarku dan menciptakan dinding tanah yang tinggi
disekitarnya.
“Serang
dari atas Putri Arisa”, kataku.
“Baik”,
kata Putri Arisa.
Setelah
Putri Arisa menyerangnya dengan tombak- tombaknya dari atas, aku menutup bagian
atas dari dinding tanahku tadi hingga berbentuk seperti iglo. Lalu aku memperkecilnya sedikit demi sedikit. Aku berusaha
menghimpitnya dengan dinding tanahku tadi. Setelah terkena seranganku, dia pun
terjatuh dan terbaring di tanah. Dia sudah tidak bisa apa- apa lagi. Tapi untuk
sesaat dia masih memiliki kesadarannya. Aku pun menghampirinya untuk mengatakan
sesuatu padanya.
“Kau sudah
kalah. Aku bisa menjadi sekuat ini berkat bantuan dari Sion. Walau hanya
sesaat, bisa dibilang dia pernah menjadi guruku. Walaupun sekarang dia sudah
pergi, tapi Sion benar- benar sudah mengalahkanmu kali ini.”, kataku.
“Begitu ya,
ternyata dia benar- benar orang yang luar biasa ya!”, kata William sebelum
akhirnya dia pergi untuk selama- lamanya.
Setelah
itu, aku pun pingsan karena kelelahan.
..................
Sementara
itu, di suatu tempat yang sedikit tersembunyi.
“Jadi?
pasangan terakhir akhirnya telah terpilih ya!”
“Apa kamu
tidak akan menyapa mereka?”
“Aku akan
segera menyapa mereka. Tapi untuk saat ini, kita biarkan dulu mereka untuk
beristirahat sementara waktu.”
“Begitu ya”
“Kita
kembali”
“Baiklah”
.....................
Saat aku
membuka mataku, aku baru sadar kalau aku tertidur di suatu ranjang disebuah
ruangan yang tidak kuketahui. Lalu tiba- tiba ada seseorang yang berbicara.
“Oh, kamu
sudah bangun ya. Syukurlah.”
Ternyata
dia adalah Putri Arisa.
“Kamu
benar- benar membuatku khawatir. Kamu benar- benar babak belur dan penampilanmu
benar- benar berantakan. Apa kamu lapar? Aku akan mengambilkan makanan untukmu”
“Ya, Terima
kasih”
Tak
berselang lama kemudian seseorang datang dengan beberapa orang pengawal.
Ternyata dia adalah raja. Ayah dari Putri Arisa.
“Oh, kamu
sudah sadar rupanya?”
“Yang mulia
raja”, aku sedikit terkejut atas kedatangannya.
“Jangan
memaksakan dirimu untuk bangun lagipula kamu baru saja baikan. Duduk atau
tiduran saja tidak apa- apa”
“Ya, terima
kasih yang mulia.”
“Oh,
ayahanda kenapa kamu disini”, tiba- tiba Putri Arisa kembali.
“Aku hanya
ingin menengok orang yang sudah menyelamatkan putriku”, kata raja.
“Oh, begitu
ya. Maafkan aku ayahanda”, kata Putri Arisa.
“Ya tidak
apa- apa. Oh ya Nico, aku juga ingin berterima kasih kepadamu karena sudah
menyelamatkan putriku.”, kata raja.
“Yang
mulia, jangan seperti itu. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu karena sudah
pergi berdua dengan Putri Arisa dengan sembunyi- sembunyi. Semua ini terjadi
karena kesalahanku. Jadi sudah sepantasnya jika aku menebusnya walaupun harus
sedikit babak belur.”, kataku.
“Nico,
maafkan aku”, kata Arisa.
“Yah
lagipula aku sudah tahu seperti apa sifatnya. Apapun yang terjadi kamu sudah
menyelamatkannya karena itulah aku berterima kasih padamu. Karena waktuku tidak
banyak aku permisi dulu. Sampai jumpa. Semoga lekas sembuh.”, raja pun
berpamitan.
Aku
menghabiskan waktu beberapa hari untuk beristirahat hingga kondisiku membaik.
Putri Arisa merawatku dengan baik selama beberapa hari tersebut. Ketika
kondisiku mulai membaik, Putri Arisa mengajakku untuk berjalan- jalan keluar
untuk menghirup udara segar. Kami berjalan- jalan keliling kota untuk menghirup
udara segar.
Ketika kami
melalui sebuah jalan yang sepi di sekitar pepohonan yang cukup rindang tiba-
tiba...
“Arisa
awas!!”, aku langsung melindungi Putri Arisa dengan membuat dinding batu dengan
kekuatanku. Lalu dua orang misterius tiba- tiba muncul.
“Huh hampir
saja. Katakan siapa kalian? Dan kenapa kalian menyerang kami?”
“Kalau
kalian ingin tahu siapa kami. Kalahkan dulu kami.”, kata salah seorang diantara
mereka.
“Baiklah
kalau itu mau kalian”, kataku.
“Arisa, larilah.
Aku akan menahan mereka.”, kataku sambil berbisik- bisik pada Putri Arisa.
“Tidak, aku
juga punya kekuatan. Aku akan membantumu melawan mereka”, katanya.
“Baiklah
kalau begitu. Mohon bantuannya”
Seorang
diantara mereka menyerang dengan menembakkan air. Aku lalu menahannya dengan
dinding batu milikku. Saat Putri Arisa menyerangnya dia menahan serangannya
dengan dinding air dan yang seorang lagi dengan memanfaatkan air yang
menggenang di kaki kami dia menggunakan elemen petir dan menyetrum kami. Lalu
tiba- tiba muncul dinding air yang mengelilingiku dan kemudian muncul juga
dinding air yang mengelilingi Putri Arisa.
“Arisa”
“Cukup
sampai disitu.”
Mereka
berdua tiba-tiba membuka jubah mereka.
“Tidak apa-
apa. Kami bukan orang jahat. Kami akan memperkenalkan diri kami kepada kalian”
Ternyata
mereka berdua adalah orang yang menerima kekuatan dari sebuah kristal sihir
sama seperti kami. Mereka pun memperkenalkan diri mereka. Pahlawan suci
berelemen air, Claire dan supporternya yang berelemen petir, Silvie. Ternyata
kalung yang kuterima waktu itu adalah kristal sihir yang cukup legendaris.
Hanya ada beberapa orang yang bisa mengeluarkan kekuatan sesungguhnya dari
kristal tersebut. Mereka adalah orang- orang yang terpilih menjadi 4 pahlawan
suci dan juga 4 support-er mereka.
Menurut
legenda 4 pahlawan suci adalah orang yang berhasil mengalahkan raja iblis dan
menyelamatkan dunia. Mereka dilambangkan dengan logo yang mengarah ke 4 arah
mata angin yang utama dan pada setiap ujung arah mata angin mengarah ke sebelah
kanan. Maksud dari lambang tersebut adalah setiap pahlawan suci memiliki
masing- masing satu orang yang bertugas membantu atau memberikan support kepada
mereka. Mereka dipanggil supporter.
Walaupun biasanya mereka kurang dikenal dibandingkan 4 pahlawan suci yang
mereka support.
Empat
pahlawan suci sendiri terdiri dari 4 elemen yaitu api, air, tanah dan udara.
Masing- masing melambangkan semangat dan keberanian, ketenangan untuk mencari
solusi dalam situasi seperti apapun, tekad yang kuat, dan kebebasan. Supporter
mereka masing- masing memiliki kekuatan yang berbeda- beda pula. Seperti
misalnya api dengan tanaman, air dengan petir, tanah dengan logam, udara dengan
pasir. Pada setiap generasi, masing-masing supporter memiliki kekuatan yang berbeda.
Tidak seperti 4 pahlawan suci yang selalu mewakili 4 elemen utama.
Mereka
menyerang kami karena bermaksud ingin menguji kekuatan kami dan kekompakan
kami. Karena keempat pahlawan suci telah terpilih artinya hari kebangkitan raja
iblis pun semakin dekat. Mereka menyarankan kami untuk berlatih untuk
meningkatkan kekuatan kami.
Selain itu,
mereka juga mengajak kami untuk bertemu dan berkenalan dengan pahlawan suci
yang lain. Kami pun menyetujui ajakan mereka untuk bertemu di lain waktu. Kami
pun berpisah dan kembali ke istana.
Aku merasa
harus memberitahu raja untuk semua ini dan meminta ijinnya. Seperti yang
kuduga, raja sepertinya sedikit keberatan kalau putrinya harus ikut pertempuran
melawan raja iblis. Tapi setelah melalui berbagai perdebatan dan dan mendengar
saran dari penasihatnya, raja pun akhirnya mengijinkannya. Apalagi hal ini
berkaitan dengan masa depan umat manusia, jadi raja tidak bisa membawa lari
Putri Arisa dari tanggungjawabnya. Sebagai gantinya, dia memintaku untuk
menjaga putrinya dan aku pun berjanji akan memenuhi kepercayaannya.
Saat lain hari,
kami pun pergi untuk bertemu dengan para pahlawan suci yang lain dan supporter
mereka. Selain Claire dan Silvie ada pahlawan suci berelemen udara, Aegis dan
supporternya yang berelemen pasir, Cindy dan pahlawan suci berelemen api,
Flaire dan supporternya yang berelemen tanaman, Veronica. Mereka semua berasal
dari tempat yang berbeda dan memiliki karakter yang berbeda- beda pula. Aegis
memiliki sikap yang suka melakukan apapun secara bebas, sedangkan Flaire
merupakan orang yang penuh semangat, sedangkan para supporternya memiliki sikap
seperti orang pada umumnya.
Karena 4
pahlawan suci dan supporternya sudah berkumpul, ini tandanya hari kebangkitan
raja iblis semakin dekat. Kami tidak punya banyak waktu lagi. Dibandingkan
dengan mereka, aku dan Arisa masih harus melatih kekompakan kami. Karena kami
tidak tahu kapan raja iblis akan bangkit, jadi kami harus menjadi kuat secepat
mungkin. Untungnya Claire dan Silvie bersedia untuk membantu latihan kami.
Sementara
itu...
“Akhirnya,
aku berhasil bangkit sepenuhnya. Kali ini aku akan benar- benar memusnahkan
seluruh manusia. Segera persiapkan pasukan, perang akan segera dimulai.”
“Baik,
tuan”
Dua minggu
kemudian...
Aku bertemu
dengan orang yang pernah aku temui sebelum aku tiba di dunia ini. Entah kenapa
aku tidak bertanya siapakah dia sebenarnya. Aku sempat berbincang- bincang
sedikit dengannya. Sebelum kami berpisah dia sempat mengatakan kalau akhir dari
semuanya akan segera dimulai. Sebelum aku sempat bertanya, aku pun terbangun
dari tidurku.
Hari ini
aku latihan seperti yang biasa aku lakukan beberapa minggu belakangan.
“Bagus,
akhirnya kalian mulai bisa bertarung
dengan kompak.”,kata Claire.
“Ya, ini
berkat kalian berdua. Aku dan Arisa sangat berterima kasih pada kalian berdua”,
jawabku.
“Iya, itu
benar. Terima kasih Claire. Terima kasih Silvie”, sambung Arisa.
“Iya,
sama-sama. Selain itu apa kalian sudah mendengar kabarnya?”, kata Silvie.
“Kabar
tentang apa?”, kataku.
“Sepertinya
beberapa hari terakhir, raja iblis mulai membuat pergerakan dari arah timur dan
sepertinya tidak lama lagi mereka akan segera sampai di kerajaan ini”
“Kalau
begitu, bukankah ini saatnya kita untuk bertarung”
“Iya, Aegis
dan Cindy sudah berangkat terlebih dulu dan sepertinya Flaire dan Veronica
sudah menyusulnya. Sepertinya sekarang saatnya kita untuk menyusul mereka. Mari
kita segera berangkat”
“Baik”
Kami pun
mulai melakukan perjalanan. Ketika kami sampai di suatu desa. Desa itu sudah
hancur berantakan, sepertinya ini adalah ulah pasukan raja iblis. Begitu
berjalan sedikit jauh, kami melihat Aegis dan yang lainnya sedang bertarung
melawan pasukan raja iblis bersama pasukan dari kerajaan itu.
“Mari kita
bantu mereka”
“Baik”
Kami pun
mulai ikut bertarung melawan pasukan raja iblis. Dari kekuatan yang kami miliki
sepertinya kami tidak memiliki kendala yang berarti dalam menghadapi pasukan
raja iblis. Lalu tiba- tiba ada seseorang yang sangat kuat mulai menyerang
kami. Serangan dari orang itu berhasil memporak- porandakan formasi dari
pasukan kerajaan.
“Kekuatan
ini, tidak salah lagi pasti dia Raja Iblis”, kata Claire.
“Iya, itu
benar sekali. Aku lah Sang Raja Iblis Satan”, tiba- tiba muncul seseorang dari
arah datangnya serangan itu.
Aku begitu
kaget melihatnya. Rupanya dia adalah orang yang pernah aku temui dalam mimpiku.
“Bukankah
kamu...”
“Oh, lama
tak bertemu Nico”
“Nico, apa
kamu mengenalnya”, kata Aegis.
“Ya,
bukannya aku mengenalnya. Ya, bagaimana ya menjelaskannya. Intinya aku pernah
bertemu dengannya dan tidak kusangka ternyata dia Raja Iblis”, kataku.
“Begitu ya.
Siapapun dia, aku hanya ingin mengingatkanmu dia adalah Raja Iblis. Dia adalah
seseorang yang berniat menghabisi seluruh manusia dan kamu adalah orang yang
terpilih untuk menghentikannya. Setidaknya, jangan pernah lupakan hal itu”
“Baik”
Sementara
pasukan kerajaan bertugas melawan pasukan Raja Iblis. Kami para pahlawan suci
dan supporternya bertugas melawan Raja Iblis. Kami terlibat pertarungan yang
sengit dengan Raja Iblis. Namun karena jumlah kami lebih banyak, sepertinya itu
membuatnya sedikit terpojok.
Veronica
melilitnya dengan kekuatannya dan Flaire kemudian mencoba membakarnya dengan
api. Lalu tiba- tiba, Raja Iblis berhasil melepaskan dirinya dan memanggil
beberapa iblis yang terlihat kuat. Kami pun terpaksa membagi kekuatan kami.
Sementara yang lain melawan iblis- iblis itu, aku, Arisa, Claire dan Silvie
melawan Raja Iblis itu.
Aku
mengurungnya dengan dinding batu yang tinggi, Claire membasahi tanahnya dengan
genangan air. Sementara Silvie menyerang genangan air itu dengan petirnya dan
Arisa menjatuhkan tombak- tombak besi dari udara. Serangan yang cukup
mengerikan bagiku. Setidaknya ini pasti bisa melukainya. Namun ternyata dia
mengeluarkan sayapnya dan terbang diudara sambil dilindungi oleh barrier buatannya.
Ternyata serangan kami tidak memberikan hasil.
Kami
kemudian mencoba untuk menyerangnya lagi
dan lagi. Serangan tanah, tombak besi, pusaran air, bahkan sampai sambaran
petir namun masih belum mampu untuk menembus pertahanannya.
“Bagaimana
ini, barrier itu sama sekali tak tertembus”
“Apa kalian
serangan kalian sudah selesai? Kalau begitu ini saatnya aku menunjukkan
kekuatanku yang sebenarnya”
Dia pun
tiba- tiba sudah berada didepanku dan akan memukulku. Untungnya aku sempat membuat
penghalang dari pasir untuk melindungiku. Namun ternyata serangannya berhasil
menghancurkannya dengan mudah dan membuatku terpelanting ke belakang sejauh
beberapa meter.
“Nico...”,
Arisa berteriak.
Lalu, tiba-
tiba dia berada di depan Arisa dan akan memukulnya. Namun Claire berhasil
membuat barrier dan segera membawa lari Arisa. Silvie pun segera menyerang Raja
Iblis dengan petirnya. Namun raja iblis berhasil menahan serangannya bahkan
mengembalikannya dan membuat Silvie terkena serangannya sendiri.
Claire lalu
menyerangnya dengan tembakan- tembakan airnya. Tapi raja iblis bisa menepis
semua serangan itu dengan mudah, hanya dengan menggunakan satu tangannya saja.
Raja Iblis pun lalu menyerangnya dengan serangan angin yang kuat. Arisa sempat
menahannya dengan menciptakan perisai. Namun lagi- lagi itu belum cukup kuat
untuk menahannya dan membuatnya dan Claire terpelanting ke belakang.
Aegis dan
Cindy yang baru menyelesaikan pertarungannya pun kaget melihat kondisi teman-
temannya. Begitu mereka melihat raja iblis yang menengok ke arah mereka, mereka
pun mendekat dan membuat barrier dengan kekuatan mereka berdua. Raja Iblis
tiba- tiba langsung menyerang mereka, namun tak disangka serangannya yang
sangat kuat itu berhasil ditahan dengan kekuatan mereka. Raja Iblis terus
menyerang mereka bertubi- tubi tapi mereka terus memperkuat pertahanan mereka
dan berhasil bertahan. Mereka hanya bertahan dan tidak memiliki kesempatan
untuk menyerang balik.
Namun tiba-
tiba ada seperti sebuah akar tanaman yang menjalar dan menarik raja iblis lalu
diikuti oleh pusaran api yang seolah- olah membakar Raja Iblis atau setidaknya
mengurungnya. Rupanya mereka Flaire dan Veronica.
“Apa kalian
tidak apa- apa?”
“Ya, kami
agak sedikit kerepotan”
Flaire dan
Veronica kemudian mencoba membangunkan kami berempat yang sempat tak sadarkan
diri sambil mencoba mengobati kami dengan kekuatan tanaman Veronica.
Aegis dan
Cindy yang baru saja menghilangkan barriernya kemudian menambahkan kekuatan
mereka untuk lebih menekan raja iblis. Tiba- tiba raja iblis menghempaskan
semuanya dengan kekuatan anginnya dan berhasil melepaskan dirinya. Dia kemudian
mengarahkan serangannya pada kami dan aku langsung menahannya sekuat tenaga
dengan kekuatanku. Aegis dan Cindy langsung mengarahkan serangannya pada Raja
Iblis tapi berhasil dia tahan dengan barriernya yang tak tertembus lagi.
Lalu Claire
mendapatkan sebuah ide. Dia meminta kami untuk mengarahkan serangan kami pada
satu titik agar bisa semakin kuat dan berharap barriernya akan sedikit
terkikis. Sambil berusaha sebaik mungkin menghindari serangannya dan saling
melindungi satu sama lain, kami berusaha terus menerus menyerangnya pada satu
titik. Beberapa dari kami sempat terkena serangannya dan terpental. Namun kami
langsung bangkit lagi dan menyerangnya. Bukan hanya sekali, dua kali, atau tiga
kali, tapi berkali- kali serangan kami berhasil dia tahan dengan barriernya. Tapi
akhirnya kami mendengar suara retakan dan melihat barriernya sedikit retak.
Kami pun
berusaha memanfaatkan kesempatan itu dan berhasil mendaratkan serangan yang
cukup fatal pada raja iblis. Kami yang melihat kesempatan terus menyerang raja
iblis dan mendaratkan serangan yang fatal padanya. Namun dia kemudian
mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk menghempaskan kami walaupun tidak sekuat
serangan yang sebelum- sebelumnya. Setelahnya pertarungan berlangsung sangat
sengit, kami dan raja iblis sama- sama babak belur karena saking sengitnya
pertarungan saat itu.
Namun
akhirnya, dengan bantuan seluruh kekuatan teman- temanku, mereka berhasil
menahan raja iblis dan dengan seluruh kekuatanku yang tersisa aku pun melakukan
serangan penghabisan. Akhirnya kami berhasil mengalahkan raja iblis.
Setelah
menyadari raja iblis sudah kalah aku pun bersyukur, “Syukurlah”. Tapi saking
kelelahannya aku pun terjatuh dan pingsan. Aku sempat mendengar suara teman-
teman yang memanggilku. Namun semakin lama, suara- suara itu semakin menghilang
dan lenyap.
..............................................................................................
Setelah aku
mengalahkan raja iblis, aku pun jatuh pingsan. Setelahnya aku merasa berada di
sebuah tempat yang gelap. Aku kemudian teringat kalau itu adalah tempat yang
sempat aku datangi sebelum aku tiba didunia ini. Disana ada seseorang yang
sudah menunggu dan ternyata itu adalah Satan si Raja Iblis.
“Bukankah
kamu raja iblis? Bagaimana bisa kamu masih hidup?”, kataku.
“Tenanglah
dulu, aku akan menjelaskan semuanya. Aku masih bisa berada disini dengan
menggunakan sisa- sisa kekuatanku. Setidaknya aku masih bisa berada disini
hingga beberapa jam ke depan hingga aku menyelesaikan tugasku. Karena kamu
telah mengalahkan raja iblis maka aku akan mengabulkan satu permintaanmu. Kamu
bisa meminta apapun, bahkan kamu bisa minta untuk kembali ke tempat asalmu”,
katanya.
“Tunggu
dulu, aku masih belum mengerti maksud semua ini. Bisakah kamu menjelaskan
semuanya, siapa sebenarnya kamu ini dan apa sebenarnya maksud semua ini?”,
kataku.
“Baiklah
kalau begitu. Sebenarnya ceritanya cukup panjang, tapi aku akan mencoba
meringkasnya dan menjelaskan semuanya.”, katanya.
Dia pun
mulai bercerita....
Sebenarnya
aku adalah seekor naga. Seperti yang kalian ketahui naga merupakan makhluk yang
memiliki kekuatan sihir yang luar biasa yang bisa dia dapatkan dari menyerap
kekuatan alam dan juga dapat mengubah tubuhnya menjadi menyerupai makhluk lain.
Singkat cerita, karena tertarik dengan perempuan dari ras manusia. Aku pun
berubah menjadi manusia dan kami pun menikah.
Awalnya kehidupan kami cukup bahagia hingga
kami pun mempunyai seorang anak. Dia memang anak yang sedikit nakal dan susah
diatur sejak kecil. Namun suatu saat, kelakuannya semakin menjadi- jadi. Aku
merasa kalau ada seseorang yang mempengaruhinya. Namun sebelum aku sempat
mengetahuinya, tragedi itu pun terjadi.
Hubungan
antar ras saat itu, memang masih belum saling mempercayai satu sama lain.
Bahkan ada kelompok yang begitu membenci naga dan bersama dengan kelompok itu,
anak itu membakar ibunya dengan alasan karena telah membuatnya tidak suci
karena telah melahirkannya dengan darah naga dalam tubuhnya. Aku tidak tahu
bagaimana rahasia yang telah lama kami simpan itu bisa terbongkar. Tapi setelah
melihat itu yang ada dalam diriku hanyalah kemarahan. Aku pun menghabisi mereka
semua termasuk anakku itu.
Aku tidak
bisa kembali menjadi naga saat aku mencobanya. Mungkin karena aku telah lama
menjadi manusia dan juga saat itu karena aku sedang dikuasai amarah, aku hanya
bisa menyerap energi negatif dari alam. Aku pun malah berubah menjadi monster
yang mengerikan. Aku mengumpulkan pasukan yang berasal dari orang- orang yang
juga membenci manusia dan membagi kekuatanku pada mereka. Kami pun mulai
menjalankan tujuan kami untuk menghabisi seluruh manusia. Tapi akhirnya, ada
beberapa orang yang berhasil menghentikanku dan membunuhku. Beberapa orang
itulah yang kemudian dipanggil pahlawan suci dan kekuatan mereka itulah yang
akan terus menerus diwariskan untuk menghentikanku. Sebelum mati, aku bersumpah
akan terus bangkit dan bangkit hingga bisa menghabisi seluruh manusia.
Setelah aku
mulai lelah karena terus menerus bangkit dan dikalahkan oleh pahlawan suci,
seseorang memberikanku kekuatan untuk mengabulkan keinginan seseorang yang
telah mengalahkanku. Terkadang ada pahlawan suci yang sengaja dipanggil dari
dunia lain untuk mengalahkanku dan aku diberikan kekuatan untuk mengabulkan
keinginan orang itu. Aku tidak tahu apa maksudnya tapi dia hanya berkata semoga
kamu bisa tenang suatu hari nanti.
“Yah, jadi
seperti itu. Akulah raja iblis yang harus dikalahkan tapi akulah orang yang
akan mengabulkan keinginan orang yang telah mengalahkanku. Rasanya memang
sedikit aneh. Jadi bagaimana? Apa masih ada yang ingin kamu tanyakan? Apa kamu
sudah memikirkan keinginanmu?”, katanya.
“Oh, begitu
ya. Jadi alasan semuanya jadi seperti ini adalah karena kamu terlahir sebagai
naga. Jika kamu menjadi manusia semuanya tidak akan jadi seperti ini bukan?”
“Entahlah,
tapi yah mungkin seperti itu”
“Kalau
begitu aku ingin agar kamu terlahir sebagai manusia. Bagaimana kalau seperti
itu?”
“Tunggu
dulu, dengan kekuatanku kamu bisa mendapatkan harta atau semua yang kamu
inginkan. Kamu bahkan juga bisa kembali ke duniamu. Apa kamu yakin dengan keinginanmu?”
“Apa itu
tidak mungkin?”
“Yah,
sebenarnya itu mungkin. Karena kekuatanku bisa mengabulkan keinginan apapun
selama itu keinginan orang lain”
“Baiklah
kalau begitu, hanya itu keinginanku. Jika kamu terlahir sebagai manusia maka
semuanya tidak akan jadi seperti ini. Pahlawan suci tidak akan pernah ada. Aku
tidak akan pernah dipanggil ke dunia ini dan dunia akan damai. Bukankah itu hal
yang bagus.”
“Tapi jika
kamu tidak pernah dipanggil ke dunia ini, maka kamu tidak akan pernah bertemu
dengan perempuan itu. Kamu bisa membawanya ke duniamu jika kamu mau.”
“Itu
terdengar sangat menyenangkan bagiku. Tapi jika aku membawanya ke duniaku,
meninggalkan keluarganya, meninggalkan rakyat yang membutuhkannya hanya demi
diriku sendiri, rasanya aku seperti orang yang sedikit egois. Jadi kurasa ini
yang terbaik.”
“Baiklah
kalau begitu, keinginanmu akan terkabul”
Dia pun
mulai menghilang bersama dengan kegelapan yang mulai memudar dan sesaat sebelum
dia benar-benar menghilang dia mengucapkan, “terima kasih”.
Setelah aku
menutup mataku sejenak. Aku merasa kalau aku kembali ke dunia Arisa saat itu.
Tapi aku merasa sedikit kebingungan karena rasanya sedikit berbeda. Tiba- tiba
aku mendengar suara, “Ini adalah dunia yang tercipta dari keinginanmu”.
“Hei, apa
kamu masih ada disini?”
“Keberadaanku
sebentar lagi akan terhapuskan, lagipula tidak ada manusia yang hidup ratusan
tahun. Tapi keberadaanmu akan sedikit lama terhapuskan. Jadi kamu bisa melihat-
lihat sebentar dunia yang telah tercipta dari keinginanmu sebelum keberadaanmu
benar- benar terhapuskan. Kalau begitu, selamat tinggal”
“Selamat
tinggal”
Jadi begitu
ya, pantas saja tidak hanya dunia ini yang rasanya sedikit aneh. Aku juga baru
sadar kalau tubuhku menjadi sedikit transparan dan tidak bisa dilihat oleh orang
lain.
Aku pun
berkeliling dan melihat- lihat sekitar. Aku sempat bertemu dengan beberapa
temanku sesama pahlawan suci. Aku merasa senang melihat mereka bahagia
melakukan hal yang ingin mereka lakukan sejak dulu. Aku juga bertemu dengan Leo
dan beberapa ksatria kerajaan. Mereka sedang melakukan latihan seperti
biasanya.
Lalu aku
melihat Arisa yang sedang bersama seorang laki- laki. Sepertinya dia seorang
pangeran dari salah satu kerajaan sahabat. Rasanya memang sedikit berkecamuk di
hatiku, tapi aku ikut merasa bahagia saat melihatnya bahagia. Saat kami
berpapasan, aku sempat berkata, “Syukurlah” dan aku pun menghilang setelahnya.
Arisa sempat menoleh belakang.
“Ada apa?”,
kata laki- laki disebelah Arisa.
“Tidak
bukan apa- apa”, kata Arisa.
Ditempat yang
lain............
“Hei bangun
kamu pikir ini jam berapa?”, kata ibuku yang membangunkanku.
Aku pun
bangun sambil mengusap- usap mataku. Sepertinya semua hal yang kulalui di dunia
lain itu, seperti benar- benar hal yang tidak pernah terjadi.
Setelah
menyelesaikan rutinitas pagiku, aku pun pergi ke taman di dekat rumahku untuk
menghirup udara segar. Lalu aku pun melihat Arisa. Aku sempat tidak percaya
tapi tanpa kusadari secara reflek aku pun memanggilkannya sambil melambaikan
tanganku. Dia pun pergi ke arahku.
Setelah itu
aku baru sadar hal yang telah kulakukan. Tidak mungkin ada Arisa di dunia ini.
Lagipula aku sejak dulu tidak terlalu dekat dengan teman perempuanku dan
sepertinya diantara mereka pun tidak ada yang namanya Arisa. Aku kebingungan
namun aku mencoba untuk tetap tenang. Dia pun sampai dihadapanku dan aku pun
berdiri.
“Anu,
namamu Arisa kan ya?”, tanyaku sambil sedikit ragu.
“I...iya,
tidak kusangka kamu masih mengingatku Nico, apalagi sampai memanggilku, soalnya
kita dulu memang jarang mengobrol”, kata perempuan itu.
Aku pun
semakin bingung, “Yah, bagaimana ya? Rasanya aku mengenalmu tapi kita pernah
bertemu dimana ya?”
“Itu loh,
saat SMP dulu. Aku gadis yang agak pendiam yang duduk di bangku pojok kanan
depan itu loh”, kata perempuan itu.
“Oh iya ya,
bagaimana aku bisa lupa”, kataku.
Setelahnya
kami saling mengobrol satu sama lain. Tidak kusangka kalau gadis yang pernah
kusukai di dunia lain itu, ternyata mungkin adalah refleksi dari teman satu
kelasku saat SMP dulu.
Comments
Post a Comment